ESTETIKA
A. Pengertian, Definisi
1. Pengertian Estetika
Istilah
estetika berasal dari kata Yunani:
a. Estetika
yang berarti hal-hal yang dapat dicerap dengan panca indra
b. Aisthesis yang berarti pencerapan panca indra
(sense percepstion)
c. Estetika
Adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan seni
Jadi,
estetika menurut arti etimologis, adalah teori tentang ilmu penginderaan.
Pencerapan panca indra sebagai titik tolak dari pembahasan Estetika didasarkan
pada asumsi bahwa timbulnya rasa keindahan itu pada awalnya melalui rangsangan
panca indra.
Istilah
estetika sebagai ”ilmu tentang seni dan keindahan” pertama kali diperkenalkan
oleh Alexander Gottlieb Baumgarten, seorang filsuf Jerman yang hidup pada tahun
1714-1762.
Walaupun pembahasan estetika sebagai ilmu baru dimulai pada abad ke XVII namun
pemikiran tentang keindahan dan seni sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, yang
disebut dengan istilah
”beauty” yang diterjemahkan dengan istilah
”Filsafat Keindahan”. Keindahan,
menurut luasnya lingkupan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Keindahan dalam arti yang terluas, meliputi
keindahan alam, keindahan seni, keindahan moral, keindahan intelektual dan
keindahan mutlak (absolut)
2. Keindahan dalam arti estetis murni : menyangkut pengalaman
esetetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
dicerapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas hanya menyangkut benda-benda
yang dicerap dengan penglihatan, yakni berupa kiendahan bentuk dan warna (The
Linag Gie, 1996:17-18).
Dalam
kenyataanya, pencerapan indra penglihatan hanya bersifat terbatas yang
menyangkut cahaya, warna dan bentuk. Keindahan dalam arti pengertian inderawi sebenarnya
lebih luas daripada yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan, sebab
beberapa karya seni dapat pula dicerap oleh indera pendengaran, misalnya seni
suara.
Keindahan
dalam arti luas mengandung pengertian idea kebaikan, misalnya Plato menyebut watak
yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan
sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
2.
Definisi
Definisi estetika itu beragam. Tiap-tiap filsuf mempunyai
pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tetapi pada prinsipnya,
mereka sependapat bahwa estetika adalah cabang ilmu filsafat yang membahas
tentang keindahan/hal yang indah, yang terdapat dalam alam dan seni.
Definisi-definisi itu diantaranya:
a. Definisi umum :
Estetika adalah cabang filsafat yang membahas mengenai
keindahan/hal yang indah, yang terdapat pada alam dan seni.
b. Luis O. Kattoff:
Cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan
peranan keindahan, khususnya di dalam seni.
c. Dictionary of Philosophy (dagobert D.
Runes):
Cabang
filsafat yang berhubungan dengan keindahan atau hal yang indah, khusunya dalam seni serta citarasa dan ukuran-ukuran nilai
baku dalam menilai seni.
d. The Encyclopedia of Philosophy
Estetik adalah cabang Filsafat yang bertalian dengan
penguraian pengertian-pengertian dan pemecahan persoalan-persoalan yang timbul
bilamana seseorang merenungkan tentang benda-benda estetis. Pada gilirannya
benda-benda estetis adalah semua benda yang tekena oleh pengalaman estetis;
dengan demikian hanyalah setelah pengemalan estetis dapat secukupnya dinyarakan
ciri-ciri bisalah seseorang menentukan batasnya golongan benda-benda estetis
tersebut.
e. William Halverson
Cabang
filsafat (axciology)yang bertalian dengan sifat dasa dari nilai-nilai
non-moral khususnya keindahan dan nilai-nilai lainya apapun yang mempunyai
sangkutan istimewa dengan seni.
f. Van meter Ames (Collier's Encyclopedia)
Penelaahan tentang apa yang tersangkut dalam penciptaan,
penghargaan dan kritik seni, dalam ubungan seni dengan peranan yang berubah
dari sei dalam suatu dunia pancaroba.
g. Gerome Stolnitz (The Encyclopedia of Phylosophy)
Estetika dilukiskan sebagai penelaahan filsafati tentang
keindahan dan kejelekan. Keindahan mempunyai nilai estetis yang bersifat
positif, sedangkan kejelekan mempunyai nilai estetis yang bersifat negatif. Hal
yang jelek bukan berarti tidak adanya unsur keindahan.
h. The american Society for aestheties
Semua penelaahan menenai seni dan bermacam-macam pengalaman
yang berhubungan dengan itu dari suatu sudut pandang filsafati, ilmiah dan
teoritis lainnya, termasuk dari psikologi, sosiologi, anthropology, sejarah
kebudayaan kritik seni dan pendidikan (The Liang Gie,1976,16-31).
3. PANDANGAN FILOSOF TENTANG ESTETIKA
Menurut Plotinus filsafat estetika adalah
keindahan yang memiliki nilai spiritual karena itu etetika dekat sekali dengan
kehidupan moral. Esensi keindahan tidak terletak pada harmoni dan simetri.
Keindahan itu menyajikan keintiman dengan Tuhan yang Maha Sempurna. Ada semacam
skala menaik tentang keindahan, mulai dari keindahan yang bersifat inderawi,
naik ke emosi, kemudian kesusunan alam semesta yang imaterial. Jadi, keindahan
itu bertingkat mulai dari keindahan indrawi sampai kepada keindahan ilahiah.
Keindahan itu, katanya, menyatakan dirinya
terutama dalam penglihatan, tetapi ada juga keindahan untuk di dengar. Pikiran
meningkatkan keindahan itu kepada susunan keindahan yang lebih tinggi, misalnya
keindahan tindakan, keindahan penemuan akal, dan keindahan kebijaksanaan. Lebih
tinggi lagi ialah keindahan yang digunakan dalam argument. Apa yang membuat
sesuatu menjadi indah? Apakah ada suatu prinsip yang bekerja sehingga sesuatu
menjadi indah? Kalau ada, apa prinsip itu? Prinsip itu ialah kesadaran
yang bersatu dengan jiwa. Itu terdapat didalam diri karena diri itu berapiliasi
dengan Yang Maha Indah.
Pendapat itu tentulah muncul karena Plotinus
berpendapat bahwa antara keindahan di bumi dan keindahan yang ada dilangit
terdapat hubungan. Sesuatu akan indah apabila ia mengikuti bentuk ideal.
Penciptaan keindahan harus melalui komunikasi pikiran yang mengalir dari Tuhan.
Kesimpulannya ialah bahwa keindahan tertinggi serta sumber keindahan adalah
Tuhan.
Konsep keindahan pada Plotinus berhubungan juga
dengan pandangannya tentang kejahatan. Kejahatan, menurut Plotinus tidak
mempunyai realitas metafisis. Perbuatan jahat adala perbuatan aku yang
rendah. Aku yang rendah ini bukanlah aku yang berupa realitas
pada manusia. Aku yang berupa realitas ialah aku yan murni.
Aku yang murni itu terdiri atas logos dan nous.logos
menerima dari nous (akal) idea-idea yang kekal. Dengan perantara logos
(pikiran) jiwa hanya dapat melakukan tugas yang mulia, yang tujuannya bersatu
dengan Tuhan.
Kejahatan bukan realitas, kejahatan itu
diadakan sebagai syarat kesempurnaan alam. Didalam alam ini ditemukan hal-hal
yang bertentangan, putih-hitam, panas-dingin, terlatar-tak terlatar, indah-tak
indah, baik-buruk. Semua ini merupakan anggota suatu kehidupan. Jumlah mereka
itu merupakan suatu kekompakan alam semesta.
BABII
PENUTUP
1.KESIMPULAN
Esetetika berasal dari Bahasa Yunani, dibaca
aisthetike. Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten
pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan.
Filasafat estetika adalah cabang ilmu dari
filsafat Aksiologi, yaitu filsafat nilai. Istilah Aksiologi digunakan untuk
menberikan batasan mengenai kebaikan, yang meliputi etika, moral, dan perilaku.
Adapun Estetika yaitu memberikan batasan mengenai hakikat keindahan atau nilai
keindahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, 1974, Diktat Estetika Timur (terjemahan dari
Enciklopedia of the World Art) ASRI, Yogyakarta
Abdul Kadir, 1974, Diktat Estetika Barat (terjemahan dari Enciklopedia
of the World Art) ASRI, Yogyakarta
Abdul Kadir, 1975, Pengantar Estetika (terjemahan dari
Enciklopedia of the World Art) ASRI, Yogyakarta
No comments:
Post a Comment