CURHATAN BULAN KEPADA NAHSU DAN EGO MANUSIA
GUSTIANA DARMADI
AKTIFIS HMI KOMISARIAT
STAI MUTTAQIEN
Aku (Bulan) adalah persaksian manusia dari zaman ke zaman
semua yang terjadi tentang pertentangan manusia baik itu dalam perbedaan agama
bahkan perselisihan tentang ayat allah SWT. perselisihan antara manusia memang
sudah terjadi dari dahulu kala semenjak anak adam saling ingin membunuh yang
mempunyai ego yang sangat tinggi, sehingga sadar ataupun tidak manusia saat ini
telah terwarisi dengan ego itu sendiri. Ketika gedung kembar diamerika ditabrak
sebuah “Burung Besi” yang menggemparkan dunia dan menyudutkan agama yang
dianggap terorisme dan banyak kejadian lainya yang menyertai atas nama agama.
Bahkan ada yang beranggapan hidup ini indah jikalau nabi muhammad SAW telah
diutus kedunia, tidak ada lantunan adzan didunia ini dan pasti tak akan
terjadinya perang antara irak dan iran, gedung kembar diamerika pun mungkin
masih utuh, perang salib pun mungkin tidak akan terjadi. Ingatlah itu hanya ego
manusia yang ingin menang sendiri, bukankah nabi muhammad SAW tidak pernah
mengajari untuk memerangi orang karena berbeda agama ? bukankah yusus tidak
pernah mengucap perang suci ? nabi musa pun tidak pernah mengajakmu membunuh
orang-orang fir’aun. Adapun nabi ibrahim sebagai kemenangan manusia. Islam
menyebutkan ibrahim, kristen dan yahudi menyebutkan abraham dan mungkin hindu
menyebutkan brahma. Ibrahimlah yang mengajarkan ketuhanan dan dialah sebagai simbol
kemenangan manusia yang dapat mengalahkan ego yang ada didalam dirinya. Ketika
beliau di uji kecintaan pada duniawi. Dia dapat menjalani dengan ketetepan hati
mengorbankan ismail, ujian ketauhidan dia menjalani dengan perjalanan
intelektual dan spiritual dalam mencari tuhan,ujian melawan kemusrikan dia
jalani dengan keberanian menghancurkan berhala. Dan ingatlah pula dunia tanpa
islam adalah dunia tanpa kedamaian, karena sesungguhnya islam itu dimaknai
dengan salam yang berarti kedamaian, islam tanpa amalan adalah kehampaan dan
amalan tanpa iman adalah kegelapan. Manusia ini membutuhkan ibrahim, ibrahim
baru yang mampu melawan egonya. Dan seandainya saja imanmu (manusia) dapat
mengalahkan hawa nafsumu, mungkin dunia ini merasakan apa itu kedamaian. Semua
itu berakhir ketika aku (bulan) terbelah lagi dan matahari pun selesai
menjalankan tugasnya apabila semua itu terjadi, aku berpesan peganglah erat
dalam hatimu iman dan amalan itu. ketika tawakal mengalahkan nafsu dan egomu,
kau akan merasa tuhan lebih dekat dari sukmamu. Masing-masing
dari diri kita memiliki ” kehendak dan peran “ dalam
kehidupan untuk menjadi manusia yang hebat dan penuh keagungan. Karena manusia
diciptakan dengan potensi keistimewaan memiliki kecerdasan, bakat, ketrampilan
dan hati nurani, yang dapat membawa manusia pada keberhasilan dan keagungan.
Namun manusia juga dilengkapi dengan nafsu atau ego pribadi. Yaitu, nafsu pada
kehidupan dunia. Oleh karena itu, untuk memenuhi keinginan ego dan nafsunya
pribadinya, sesungguhnya Tuhan telah menyediakan aturan “rules” atau
ketentuan-ketentuan melalui Qalam-Nya yang sudah terhampar memenuhi Jagad Raya
ini. Ketentuan inilah yang harus diteladani, ditaati oleh manusia sebagaimana
yang kita lihat dan baca di Alam Semesta ini. Kebanyakan manusia sadar atau tidak sadar seringkali terjebak
memperturutkan ” nafsu dan ego pribadi “ untuk
dunia semata, dengan mengabaikan “amanah” yang telah dicontohkan oleh Alam. Mereka sibuk memenuhi
keinginan memiliki kursi jabatan, pangkat, predikat atau kedudukan yang tinggi,
dan lain sebagainya. Semua yang diinginkannya berusaha untuk dia dapatkan,
bahkan terkadang tanpa memperhatikan lagi suara hati Nuraninya. Mereka merasa
hebat dan berhasil dalam kehidupannya kalau sudah memiliki itu semua. Itulah
ego manusia yang dikendalikan nafsunya. Inilah yang mengakibatkan terjadinya
banyak penyelewengan, penyimpangan, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan lain
sebagainya. Karena pada hakikatnya nafsu itu tidak akan pernah merasa puas.
Nafsu menggiring manusia untuk selalu merengkuh dan meraih sesuatu yang bukan
menjadi miliknya. Sifat pengejaran nafsu tak terkendali inilah yang kebanyakan menyengsarakan
dan memenjarakan manusia. Ego
pribadi dalam tataran yang wajar sebenarnya akan menampilkan dirinya dalam
bentuk harga diri “self-esteem” dan memiliki
kepercayaan diri ” self-confidence’. Keduanya
merupakan faktor positif dalam meningkatkan kualitas pribadi setiap individu
menjadi lebih tinggi. Namun, kalau keduanya berlebihan dalam diri kita, itu
akan berubah menjadi kebanggaan “pride” yang sangat dekat dengan
kesombongan. Batas antara kebanggan dan kesombongan ini sangatlah tipis sekali.
Ketika berubah menjadi kesombongan, maka akan melahirkan ego pribadi yang
merugikan diri kita sendiri. Akan melahirkan nafsu dunia yang dapat
menyesatkan. Disinilah kita perlu hati-hati dalam menyikapi ego dan nafsu sang diri. Kesalahan dalam mengelola hati nurani
seringkali mengakibatkan manusia terjebak dalam kehidupan dengan hati yang buta
dan mati. Sungguh
sengsara mereka yang hidupnya tanpa diterangi cahaya hati nurani ini. Bagaikan
orang yang buta mata indranya, sehingga tidak dapat melihat apa yang ada di
depannya. Memiliki hati nurani yang buta tertutup oleh ego pribadi, berarti
mereka yang tidak dapat melihat arah kehidupannya kedepan dengan jernih dan
tajam. Mereka menjalani kehidupan dengan dikendalikan nafsu dan ego pribadinya
kepada dunia yang berlebihan. Mereka
yang nuraninya tertutup, hidupnya menjadi penuh prasangka negatif yang
terkadang malah bisa mendorong kita untuk berbuat diluar kendali. Dan, biasanya
menjurus kepada perbuatan atau tindakan yang bisa merugikan orang lain. Hati
nurani yang dikalahkan oleh nafsu dan ego pribadi mengendalikan pikiran
seseorang menjadi buta. Hari-harinya menjadi tidak nyaman, pikirannya menjadi
keruh, penuh dengan prasangka negatif. Waktu demi waktu yang dilalui sering
kali diwarnai kondisi kegelisahan hati. Hati dan pikirannya sangat dikendalikan
oleh nafsu duniawi, sehingga hidup menjadi sangat melelahkan. Mengejar sesuatu
yang seolah-olah tidak ada hentinya, tidak ada habisnya dan merasa serba
kekurangan. Poro
Sanak Kadang, marilah kita bertanya kembali kedalam diri pribadi masing-masing,
apakah selama ini tanpa sadar atau dengan kesadaran kita telah dikendalikan
oleh nafsu dan ego pribadi untuk kepentingan dunia semata ? Apakah selama ini
sadar atau tanpa kita sadari kita telah terjebak dalam rutinitas kehidupan yang
membutakan hati nurani ? Apakah selama ini kita sudah mendengarkan suara hati
kita, ataukah kita cenderung mengabaikan suara hati demi meraih tujuan
kehidupan dunia ? Bagaimana agar diri kita dapat menghidupkan hati nurani
sehingga mampu mengendalikan nafsu dan ego pribadi.
No comments:
Post a Comment