Friday, October 23, 2015

CURHATAN BULAN KEPADA NAHSU DAN EGO MANUSIA

CURHATAN BULAN KEPADA NAHSU DAN EGO MANUSIA

GUSTIANA DARMADI
AKTIFIS HMI KOMISARIAT STAI MUTTAQIEN

Aku (Bulan) adalah persaksian manusia dari zaman ke zaman semua yang terjadi tentang pertentangan manusia baik itu dalam perbedaan agama bahkan perselisihan tentang ayat allah SWT. perselisihan antara manusia memang sudah terjadi dari dahulu kala semenjak anak adam saling ingin membunuh yang mempunyai ego yang sangat tinggi, sehingga sadar ataupun tidak manusia saat ini telah terwarisi dengan ego itu sendiri. Ketika gedung kembar diamerika ditabrak sebuah “Burung Besi” yang menggemparkan dunia dan menyudutkan agama yang dianggap terorisme dan banyak kejadian lainya yang menyertai atas nama agama. Bahkan ada yang beranggapan hidup ini indah jikalau nabi muhammad SAW telah diutus kedunia, tidak ada lantunan adzan didunia ini dan pasti tak akan terjadinya perang antara irak dan iran, gedung kembar diamerika pun mungkin masih utuh, perang salib pun mungkin tidak akan terjadi. Ingatlah itu hanya ego manusia yang ingin menang sendiri, bukankah nabi muhammad SAW tidak pernah mengajari untuk memerangi orang karena berbeda agama ? bukankah yusus tidak pernah mengucap perang suci ? nabi musa pun tidak pernah mengajakmu membunuh orang-orang fir’aun. Adapun nabi ibrahim sebagai kemenangan manusia. Islam menyebutkan ibrahim, kristen dan yahudi menyebutkan abraham dan mungkin hindu menyebutkan brahma. Ibrahimlah yang mengajarkan ketuhanan dan dialah sebagai simbol kemenangan manusia yang dapat mengalahkan ego yang ada didalam dirinya. Ketika beliau di uji kecintaan pada duniawi. Dia dapat menjalani dengan ketetepan hati mengorbankan ismail, ujian ketauhidan dia menjalani dengan perjalanan intelektual dan spiritual dalam mencari tuhan,ujian melawan kemusrikan dia jalani dengan keberanian menghancurkan berhala. Dan ingatlah pula dunia tanpa islam adalah dunia tanpa kedamaian, karena sesungguhnya islam itu dimaknai dengan salam yang berarti kedamaian, islam tanpa amalan adalah kehampaan dan amalan tanpa iman adalah kegelapan. Manusia ini membutuhkan ibrahim, ibrahim baru yang mampu melawan egonya. Dan seandainya saja imanmu (manusia) dapat mengalahkan hawa nafsumu, mungkin dunia ini merasakan apa itu kedamaian. Semua itu berakhir ketika aku (bulan) terbelah lagi dan matahari pun selesai menjalankan tugasnya apabila semua itu terjadi, aku berpesan peganglah erat dalam hatimu iman dan amalan itu. ketika tawakal mengalahkan nafsu dan egomu, kau akan merasa tuhan lebih dekat dari sukmamu. Masing-masing dari diri kita memiliki ” kehendak dan peran “ dalam kehidupan untuk menjadi manusia yang hebat dan penuh keagungan. Karena manusia diciptakan dengan potensi keistimewaan memiliki kecerdasan, bakat, ketrampilan dan hati nurani, yang dapat membawa manusia pada keberhasilan dan keagungan. Namun manusia juga dilengkapi dengan nafsu atau ego pribadi. Yaitu, nafsu pada kehidupan dunia. Oleh karena itu, untuk memenuhi keinginan ego dan nafsunya pribadinya, sesungguhnya Tuhan telah menyediakan aturan “rules” atau ketentuan-ketentuan melalui Qalam-Nya yang sudah terhampar memenuhi Jagad Raya ini. Ketentuan inilah yang harus diteladani, ditaati oleh manusia sebagaimana yang kita lihat dan baca di Alam Semesta ini. Kebanyakan manusia sadar atau tidak sadar seringkali terjebak memperturutkan ” nafsu dan ego pribadi “ untuk dunia semata, dengan mengabaikan “amanah” yang telah dicontohkan oleh Alam. Mereka sibuk memenuhi keinginan memiliki kursi jabatan, pangkat, predikat atau kedudukan yang tinggi, dan lain sebagainya. Semua yang diinginkannya berusaha untuk dia dapatkan, bahkan terkadang tanpa memperhatikan lagi suara hati Nuraninya. Mereka merasa hebat dan berhasil dalam kehidupannya kalau sudah memiliki itu semua. Itulah ego manusia yang dikendalikan nafsunya. Inilah yang mengakibatkan terjadinya banyak penyelewengan, penyimpangan, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan lain sebagainya. Karena pada hakikatnya nafsu itu tidak akan pernah merasa puas. Nafsu menggiring manusia untuk selalu merengkuh dan meraih sesuatu yang bukan menjadi miliknya. Sifat pengejaran nafsu tak terkendali inilah yang kebanyakan menyengsarakan dan memenjarakan manusia. Ego pribadi dalam tataran yang wajar sebenarnya akan menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri “self-esteem” dan memiliki kepercayaan diri ” self-confidence’. Keduanya merupakan faktor positif dalam meningkatkan kualitas pribadi setiap individu menjadi lebih tinggi. Namun, kalau keduanya berlebihan dalam diri kita, itu akan berubah menjadi kebanggaan “pride” yang sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara kebanggan dan kesombongan ini sangatlah tipis sekali. Ketika berubah menjadi kesombongan, maka akan melahirkan ego pribadi yang merugikan diri kita sendiri. Akan melahirkan nafsu dunia yang dapat menyesatkan. Disinilah kita perlu hati-hati dalam menyikapi ego dan nafsu sang diri. Kesalahan dalam mengelola hati nurani seringkali mengakibatkan manusia terjebak dalam kehidupan dengan hati yang buta dan mati. Sungguh sengsara mereka yang hidupnya tanpa diterangi cahaya hati nurani ini. Bagaikan orang yang buta mata indranya, sehingga tidak dapat melihat apa yang ada di depannya. Memiliki hati nurani yang buta tertutup oleh ego pribadi, berarti mereka yang tidak dapat melihat arah kehidupannya kedepan dengan jernih dan tajam. Mereka menjalani kehidupan dengan dikendalikan nafsu dan ego pribadinya kepada dunia yang berlebihan.  Mereka yang nuraninya tertutup, hidupnya menjadi penuh prasangka negatif yang terkadang malah bisa mendorong kita untuk berbuat diluar kendali. Dan, biasanya menjurus kepada perbuatan atau tindakan yang bisa merugikan orang lain. Hati nurani yang dikalahkan oleh nafsu dan ego pribadi mengendalikan pikiran seseorang menjadi buta. Hari-harinya menjadi tidak nyaman, pikirannya menjadi keruh, penuh dengan prasangka negatif. Waktu demi waktu yang dilalui sering kali diwarnai kondisi kegelisahan hati. Hati dan pikirannya sangat dikendalikan oleh nafsu duniawi, sehingga hidup menjadi sangat melelahkan. Mengejar sesuatu yang seolah-olah tidak ada hentinya, tidak ada habisnya dan merasa serba kekurangan.  Poro Sanak Kadang, marilah kita bertanya kembali kedalam diri pribadi masing-masing, apakah selama ini tanpa sadar atau dengan kesadaran kita telah dikendalikan oleh nafsu dan ego pribadi untuk kepentingan dunia semata ? Apakah selama ini sadar atau tanpa kita sadari kita telah terjebak dalam rutinitas kehidupan yang membutakan hati nurani ? Apakah selama ini kita sudah mendengarkan suara hati kita, ataukah kita cenderung mengabaikan suara hati demi meraih tujuan kehidupan dunia ? Bagaimana agar diri kita dapat menghidupkan hati nurani sehingga mampu mengendalikan nafsu dan ego pribadi.

No comments:

Post a Comment