MAKALAH BAHASA INDONESIA
( Fase Sejarah Filsafat umum )
Dosen : Ujang
Abidin, S.Pdi
Oleh :
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
STAI DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum
wr.wb
Alhamdulillahirabbil’alamin,
Segala puji bagi Allah, atas Rahmat dan Karunia-Nya Penyusun diberi kemampuan
untuk menyelesaikan makalah tentang Fase Sejarah Dalam Filsafat ini sampai selesai.
Ucapan Salam dan Keselamatan
kepada Rasulullah SAW, para Sahabat dan Sahabiah, yang garis hidupnya telah
memberikan teladan yang tak habis-habisnya. Semoga
kita cukup diberi keberuntungan hidup yang penuh Rahmat dengan meneladani para
teladan terbaik dari seluruh Umat tersebut.
Dalam makalah
ini Penyusun akan membahas tentang Fase Sejarah Dalam Filsafat yang meliputi sejarah filsafat yunani
Dalam
penyusunan makalah ini Penyusun banyak memperoleh bantuan dari teman-teman. Oleh karena itu, penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada teman – teman yang sudah memberikan konstribusinya dalam penyelesaian
makalah ini.
Penyusun
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga dengan terselesaikannya makalah Fase Sejarah Dalam Filsafat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Purwakarta, September 2015
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia
senantiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak
ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatassannya. Dalam situsi
itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan ilahiah.
Tetapi sudah sejak awal sejarah,
ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi
dan pikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala
kenyataan (realitas) itu. Proses mencari tahu itu menghasilkan kesadaran,
yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis
dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggungjawabkan, maka lahirlah
ilmu pengetahuan.
Jauh sebelum manusia menemukan dan
menetapkan apa yang sekarang ini kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu
sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain
sebagainya. Umat manusia lebih dulu memifikrkan dengan bertanya tentang
berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti
akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan manusia yang memiliki
tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar meneganai
hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Bagian filsafat yang
paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang
merupakan sebab dari segala kebenaran.
Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan
tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret
apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran masih sulit untuk
mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran
hingga kita bisa memvonisnya,karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu.
Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah
habis untuk dikupas. Tapi justru itulah mengapa filsafat begitu layak untuk
dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
Di dalam bab selanjutnya akan dijelaskan mengenai
perkembangan filsafat yaitu Filsafat Yunani Kuno Pra Socrates.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah fisafat yunani ( filsafat alam ) sebelum Socrates.
2. Untuk mengetahui sejarah filsafat yunani ( filsafat alam ) masa socrates.
3. Untuk mengetahui sejarah filsafat yunani ( filsafat alam ) sesudah socrates.
4. Untuk melengkapi tugas mata kulaih Filsafat Umum
5. Untuk memahami lebih dalam lagi akan arti filsafat dan
sejarah perkembangannya
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah filsafat yunani ( filsafat alam ) sebelum socrate?
2. Bagaimana sejarah filsafat yunani ( filsafat alam ) masa socrate?
3. Bagaimana sejarah filsafat yunani ( filsafat alam ) sesudah socrate?
BAB II PEMBAHASAN
v Sejarah Filsafat Yunani (Filsafat Alam)
1. Filsafat Yunani pada masa Pra-Socrates.
Filsafat
Pra Socrates Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha
menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak
langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa
Yunani.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan karna di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan[1][1]. Lahirnya filsafat pra socrates juga disebabkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mitos yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Para pemikir atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-cari jawaban tentang akibat terjadinya alam semesta beserta isinya.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan karna di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan[1][1]. Lahirnya filsafat pra socrates juga disebabkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mitos yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Para pemikir atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-cari jawaban tentang akibat terjadinya alam semesta beserta isinya.
Filsafat Pra Socrates juga dapat dikatakan sebagai filsafat
alam, karena para ahli filsafat dimasa tersebut menjadikan alam semesta sebagai
objek pemikirannya. Tujuan filosofi mereka dalam memikirkan soal alam semesta
yaitu untuk mengetahui darimana terjadinya alam atau darimana alam ini berasal,
hal inilah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka. Pemikiran yang demikian
itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada
waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang
dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup
puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.
Filosuf yang hidup pada masa pra Socrates disebut para
filosuf alam karena objek yang mereka jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang
dimaksud dengan alam (fusis) adalah kenyataan hidup dan kenyataan badaniah.
Jadi, perhatian mereka mengarah kepada apa yang dapat diamati[2][2].
Ada beberapa filosof pada masa pra socrates, yaitu :
1. Thales
Thales adalah ahli filsafat pertama yang hidup pada abad ke-6 sebelum masehi. Thales adalah
seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Ia menemukan ilmu ukur dari
Mesir dan membawanya ke Yunani. Ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam
bidang astronomi dan metafisika.
Thales memberikan jawaban bahwa segala sesuatu berasal dari
air, ia juga menyatakan bahwa bumi ini berasal dari air. Air adalah pusat dan
sumber segala yang ada atau pokok dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal
dari air dan kembali ke air. Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan
binatang, bahkan tanah pun mengandung air. Argumen Thales merupakan argument
yang bukan hanya rasional, tetapi juga observatif.
Pandangan Thales merupakan cara berpikir yang sangat
tinggi, karena sebelumnya, orang-orang Yunani lebih banyak mengambil
jawaban-jawaban tentang alam dengan kepercayaan dan mitos-mitos yang dipenuhi
dengan ketakhayulan. Thales telah membuka alam pikiran dan keyakinan tentang
alam dan asal muasalnya tanpa menunggu dalil-dalil yang agamis.
Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi
terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari
laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya
memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda
mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme.
Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena
mampu menggerakkan besi.
2. Anaximandros
Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Anaximandros
adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi. Meskipun dia murid Thales namun ia
mempunyai prinsip dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam
seperti air sebagai mana yang dikatakan oleh gurunya.
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung
dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan
tak terbatas serta tidak dapat dirupakan dan tidak ada persamaannnya dengan
apapun. Meskipun tentang teori asal kejadian alam tidak begitu
jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas. Pendapatnya yang lain yaitu, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari
tingginya. Sedangkan bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun
3. Anaximenes
Anaximenes berpendapat bahwa
udara merupakan asal usul segala sesuatu. Udara melahirkan semua benda dalam
alam semesta ini karena suatu proses pemadatan dan pengeceran, kalau udara
semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya
batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.
Pandangan Anaximenes tentang
susunan jagat raya bertolak
belakang dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi ini seperti meja bundar dan melayang di atas udara.
Demikian pula matahari, bulan dan bintang. Benda-benda yang ada dijagad raya itu tidak terbenam di
bawah bumi sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi mengelilingi bumi
yang datar itu, matahari lenyap pada waktu malam tertutup di belakang bagian-bagian
tinggi
4. Pythagoras
Pythagoras lahir dipulau Samos yang termasuk daerah Ionia.
Dalam kota ini Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang bersifat
religious, mereka menghomati dewa Apollo.
Menurut
kepercayaan Pythagoras, jiwa manusia asalnya dari Tuhan, jiwa itu adalah
penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa dan dia akan kembali
kelangit kedalam lingkungan tuhan semula apabila dosanya itu sudah habis
dicuci, hidup didunia ini adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu dari
sekarang dikerjakan hidup untuk hari kemudian.
Pythagoras
tersebut juga sebagai ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan ilmu
berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka.
Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia
bentuk. Dari sini dapat dilihat kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi
terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari
angka-angka dan merupakan paduan dari unsur angka.
5. Heraclitos
Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan
yang berbeda dengan filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala
suatu hanyalah satu yakni api. Ia memandang bahwa api sebagai unsur yang asal
pandangannya semata-mata tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti
pandangan filosof-filosof Miletos.
Segala
kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan
berganti-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah
mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada
yang tetap semuanya mengalir. Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos
memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar
itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk
melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan. Api mempunyai sifat memusnahkan
segala yang ada, dan mengubah segala sesuatu itu menjadi abu dan
asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api
tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali menjadi api[3][5]. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran
selalu berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih
benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4 besok dapat saja bukan empat. Pandangan ini
merupakan warna dasar filsafat sofisme
2. Filsafat yunani pada Masa Socrates.
Filsafat pada masa Socrates sering juga di sebut dengan
filsafat periode klasik. Akan tetapi, Socrates belum sampai pada suatu system
filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu. Ia baru membuka
jalan. Ia baru mencari kebenaran. Ia belum sampai menegakkan suatu system
pandangan. Tujuannya terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat bagi
kebenaran dan moral.
Sistem
ajaran filsafat klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan
ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etika beserta filosofi alam yang
berkembang sebelum Socrates.
Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal
pada tahun 399 SM. Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya
seorang bidan.
Socrates
terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian
pemikirannya kepada para pemuda mengunakan metode Tanya jawab. Socrates juga
dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas
kaki dan berkeliling mendatangi masyarakat Athena untuk berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan
ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang
kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak
dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan
suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh
masyarakat pada
saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode
berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai
analogi seorang bidan yang
membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang
membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu
mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang
dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan
gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya
adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana
sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena
mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara
berfilsafatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati para kaum sofis terhadap
Sokrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang
dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya
mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung
pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi
muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui
pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada
akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan
dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan
220 menolaknya.
Adapun
filsafah pemikiran Socrates, diantaranya adalah pernyataan adanya kebenaran
objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada aku dan kita, dalam membenarkan
kebenaran yang objektif, ia menggunakan metode tertentu yang terkenal dengan
metode dialektika. Dialektika berasal dari kata Yunani yang berarti
bercakap-cakap atau dialog. Didalam berdialog, ia akan menganalisis
pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan benar. Ia
bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dan sebagainya. Menurut
Xenophon, ia bertanya tentang benar-salah, adil-zalim, berani-pengecut, dan
lain-lain kepada siapapun yang menurutnya patut ditanya. Socrates selalu
menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban yang lebih
lanjut, menarik konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika
tenyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan
konsekuensi yang mustahil, hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu
hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitu
seterusnya. Sering terjadi, percakapan itu berkhir dengan kebingungan. Akan
tetapi, tidak jarang, dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap
berguna. (Ahmad Syadali dan Mudzakkir, 2004 : 66-67 ).
Dari
metode dialektikanya, ia menemukan dua penemuan metode yang lain, yaitu induksi
dan definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakala
pemikiran betolak dari pengetahuan yang khusus, lalu ia menyimpulkannya dengan
pengertian umum. Pengertian umum diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang sama
(umum) dari masing-masing kasus khusus dan cirri-ciri khusus yang tidak
disetujui bersama disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi dan
semua ciri khusus itu dinamakan ciri-ciri eksistensi. Suatu definisi dibuat
dengan menyebutkan semua ciri esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri
eksestensinya. Demikianlah jalan untuk memperoleh definisi tentang suatu
persoalan. (Ahmad Syadali dan Mudzakkir, 2004 : 66-67 ). Begitulah cara
Socrates mencapai pengertian. Melalui induksi sampai definisi. Definisi, yaitu
pembentukan pengertian yang berlaku universal. Pengertian menurut paham
Socrates sama dengan apa yang disebut Kant: prinsip regulative dan dasar
menyusun. Dengan jalan begitu, hasil yang dicapai tidak lagi takluk kepada
paham subjektif, seperti yang diajarkan kaum Sofis, melainkan umum sifatnya,
berlaku untuk selama-lamanya.Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang
berdasarkan pengertian.
Dengan
cara itu, Socrates membangun jiwa lawannya berdialog tentang keyakinan bahwa
kebenaran tidak diperoleh begitu saja sebagai ayam panggang terlompat ke dalam
mulut yang ternganga, melainkan dicari dengan perjuangan seperti memperoleh
segala barang yang tertinggi nilainya. Dengan cara mencari kebenaran seperti
itu, terlaksana pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter.
Selain
memiliki metode dialektika yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran,
Socrates juga memiliki suatu falsafah tentang etika. Mohammad Hatta (1986 :
83-84) menjelaskan bahwa pandangan Socrates tentang etika bermula dari definisinya
tentang budi. Menurut Socrates, budi adalah tau. Inilah inti dari etikanya,
orang yang berpengatahuan dengan sendirinya akan berbudi baik. Paham etikanya
merupakan kelanjutan dari metodenya. Induksi dan definisi menuju
pada pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Selanjutnya, peninggalan pemikiran Socrates yang paling
penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut
atas satu permasalahan melalui satu dialektika.
Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan
bagi para filsuf
selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga
dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia
menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para
pemikir hakikat alam semesta.
Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika
dan epistemologis di kemudian hari. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi
pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang
pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau
filsafat moral, dan juga filsafat secara umum
3. Filsafat Yunani Sesudah Masa Socretes.
Membicarakan
filsafat Yunani sesudah masa Socrates sama artinya membicarakan mengenai
pemikiran filosof-filosof sesudahnya. Disini pemakalah membatasi untuk membahas
mengenai pemikiran Plato dan Aristoteles saja.
1. Plato
Plato
adalah seorang filosof Barat yang paling populer dan dihormati di antara
filosof lainnya. Karya-karyanya menjadi rujukan awal bagi perkembangan filsafat
dunia. Plato dilahirkan di Athena sekitar tahun 427 SM, pada masa akhir zaman
keemasan Athena setelah setahun kekuasaan Pericles berakhir, atau tiga tahun
sejak perang Athena dengan Sparta. Keluarganya paling terpandang di Athena.
Ayahnya,
Ariston adalah keturunan raja terakhir Athena. Ibunya, Perictione adalah
keturunan Solon, seorang aristokrat reformis yang menulis undang-undang tentang
demokrasi Athena. Kehidupan Plato dalam lingkungan aristokrat membuatnya cukup
dikenal di kalangan pejabat tinggi Athena, walau ia seorang yang pendiam dan
dingin.
Pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya,
Socrates, yang telah mengajarinya selama 8 tahun. Pemikiran Plato pun banyak
dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles.
Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia,
"negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya
pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di
mana Socrates adalah
peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan
tentang orang di gua. Cicero
mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang
menulis).
Ciri-ciri Karya-karya Plato yang pertama adalah Bersifat Sokratik yang dalam
Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan
kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya. ciri yang
kedua adalah Berbentuk dialog Hampir semua karya Plato ditulis dalam
nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta
membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu.
Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka
yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog. sedangkan ciri yang
ketiga adalah Adanya mite-mite Plato menggunakan mite-mite untuk
menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra
bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir,
yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk dialog.
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya
mengenai idea. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh
pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh
orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran
saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran
manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas,
nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di
luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua,
idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap.Namun, pada
akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea
tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini
melampaui segala idea yang ada.
Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda
jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita Dunia indrawi
ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal.
Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini
fana, dapat rusak, dan dapat mati.
Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita.
Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat
diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia idea semuanya
sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang
bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual.
Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh
pandangannya tentang ide Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam
bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia
menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni
hanyalah tiruan dari realita yang
ada. Realita yang
ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang
terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada
yang nyata ini.
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi
pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat
bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa
kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun
dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta
ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.
B. Aristoteles
Aristoteles lahir di Stagira, kota
di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia
tengah) tahun 384 SM.
Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada
usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut
setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari
Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia
kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian
mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM.
Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali
kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami
Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut.
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk
menekankan pengetahuan.
Dalam bidang ilmu alam, ia
merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies
biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan
analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang
bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin
tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana
dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang
dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat
bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus
mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak
bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian
Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika
Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini
masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya
observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan
penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik
kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada
dua pernyataan (premis):
Di bidang politik,
Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk
demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap
berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi
bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi,
Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan
ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori
retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang
keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan
pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan
penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni
ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan
artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan
kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai
dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang
akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa
yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah
yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan
tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga
Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan,
rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Pada
masanya, pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan
pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles
dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13,
dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135
– 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126
– 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai
sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap
sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those
who know"
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, yaitu :
ü Pada masa pra-socrates para filusuf mengkaji tentang asal
muasal alam semesta beserta isinya.
Ada beberapa filosof pada masa pra socrates, yaitu :
1) Thales 624-625 SM : menyatakan bahwa air adalah prinsip
dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok,
dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan
daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu
tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi
Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk
hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air
untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat,
cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
2) Anaximandros : Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang
tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak
terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan tidak ada persamaannnya
dengan apapun.
3) Anaximanes : berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala sesuatu.
Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses
pemadatan dan pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka muncullah
berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu
menjadi encer yang timbul adalah api.
4) Pythagoras (582-496 SM) : Pythagoras dan murid-muridnya
percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan
merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala
fenomena alam
dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan.
5) Heraclitos : Heraclitos mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang ada
selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang
pertama dari alam semesta) adalah api. Karena api dianggapnya sebagai lambang
perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan
mengubahnya sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila
dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya
berasal dari api, dan akan kembali menjadi api.
ü Pada masa socrates mengkaji tentang pencarian kebenaran
yang objectif dan budi pekerti serta etika.
ü Pada masa sesudah socrates, para filusuf mengembangkan
teori dan metode yang diajarkan oleh socrates sehingga ilmu filsafat mulai
berkembang luas.
Ada beberapa filosof pada masa pasca-socrates, yaitu :
1) Plato (427-347 SM) : Sumbangsih Plato yang terpenting
adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh
pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh
orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran
saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran
manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas,
nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di
luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
2) Aristoteles (384-322 SM)
§ Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan
pengetahuan.
§ Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang
mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara
sistematis.
§ Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih
dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
§ Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan
penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik
kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
2. kritik dan saran
Didalam pembuatan makalah ini tentunya penulis memiliki
banyak kekeliruan yang mungkin tidak disadari oleh penulis. Dari itu,
diharapkan kepada seluruh pembaca, jika menemukan kekeliruan dalam makalah yang
kami buat ini, maka penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun, supaya penulis tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Dan
demi mewujudkan karya-karya ilmiah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono,
Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Kanisus : Yogyakarta
Muzairi,
2009. Filsafat Umum, Yogyakarta : Teras
Tafsir,
Ahmad, 2010, Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya
No comments:
Post a Comment